Pelajaran Mahal Soal Berani Berkata Tidak

Berkata tidak itu sulit. Beneran, deh. Alasannya macam-macam. Mulai dari rasa gak enakan. Takut bikin orang lain kecewa. Takut kehilangan kesempatan. Takut menolak rezeki. Takut dianggap sombong. Dan lain sebagainya.

Saya yakin bukan cuma saya yang punya masalah ini. Beberapa teman suka cerita soal hal yang sama: kesulitan berkata tidak. Bahkan, sampai ada kursusnya lho di Udemy!

[Kursus learn to say no di Udemy.]

Bayangin tuh. Ada kursusnya! Cuma untuk belajar berkata tidak.

Kalau ada olimpiade paling gak bisa berkata tidak, mungkin dulu saya juaranya.

Dulu, saya begitu. Ditawarin proyek A, ambil. Ditawarin kerjaan B, hajar. Bikin podcast, iya. Bikin Youtube, gas. Bikin dosa, pastinya. Semuanya saya iyain. Akhirnya keteteran sendiri. Kewalahan. Sampai suatu titik saya mikir, “Anjir, gue ini sebenernya mao ngapain sik?”

Semakin ke sini, saya semakin yakin kalau mengiyakan setiap tawaran dan kesempatan itu….sebuah resep pasti menuju ketidakbahagiaan. Kebodohan yang berujung menyusahkan hidup.

SAMPLING IS GOOD, BUT NOT ALWAYS!

Mencoba banyak hal itu penting. Sampling is good! Kalau kata David Epstein di buku Range, sampling bisa membuka wawasan dan cakrawala kita. Icip-icip ini itu. Cobain dikit-dikit. Eksplorasi banyak hal. Supaya kita bisa belajar banyak hal. Agar kita bisa lebih mengenal diri sendiri. Terlebih bagi anak kecil, remaja, atau anak muda. Mencoba berbagai aktivitas, hobi, olahraga, dan pekerjaan itu sangat penting! Biar kita tahu apa yang sebenarnya kita suka dan tidak suka. Apa bakat kita. Dan sebagainya.

But sampling is not always a good thing to pursue. Mencoba segala hal tidak selamanya baik di segala konteks. Bahkan tidak untuk dilakukan selamanya. Sampling is essential, only to a certain point. Ketika kita sudah melakukan enough sampling dan tahu apa yang kita mau, ya udah. Fokuslah kejar itu. Settle down a bit.

PRINSIP PARETO

Fokus pada hal yang penting, akan mendatangkan hasil yang maksimal. Prinsip Pareto, namanya. Sekitar 20% dari klien atau aktivitas tertentu itu mendatangkan 80% hasil. Jadi, gak semua aktivitas bisnis kita itu sama nilainya. Gak semua customer itu mendatangkan profit maksimal. Ketika kita mengiyakan semua kesempatan dan tawaran, tidak tahu mana yang harusnya dijadikan prioritas, ujungnya kita malah kehilangan tujuan besarnya. We might win the battle but ultimately lose the war.

Saya belajar banyak soal ini beberapa tahun terakhir. Belajar menolak klien atau customer yang ribet. Belajar memecat karyawan yang sudah tidak selaras nilainya sama perusahaan. Latihan berkata tidak untuk tawaran pekerjaan yang gak sesuai. Menolak mengerjakan hal-hal yang gak sesuai sama tujuan dan nilai yang saya yakini. Saya pernah tolak tawaran kerja sama dari brand, yang menurut saya valuesnya gak sesuai sama saya. Apakah saya jadi miskin? Gak juga. Saya mah udah miskin dari sebelumnya. hahaha.. Intinya mah, kalau emang punya value, nolak tawaran promosiin judi online bukan hal sulit. Kalau punya value lho ya! hehehe..

TUJUAN & NILAI

Kuncinya ya itu tadi. Punya goal dan values dalam hidup. Tahu, tujuan kita itu mau ke mana. Sadar, apa hal-hal yang penting bagi kita. Sehingga kalau ada tawaran yang gak relevan dan gak berkontribusi sama tujuan besarmu, ya ditolak. Gak pake ribet.

Saya berhenti nge-podcast padahal pendengarnya masih lumayan. Saya berhenti main Twitter padahal twit-twit saya itu puluhan juta views per bulannya. Saya berhenti ngegarap proyek-proyek gak relevan dalam hidup padahal banyak yang nampaknya seru.

HIDUP ITU TERBATAS

Hidup kita itu terbatas. Total waktu kita di dunia itu cuma sekitar 4.000 minggu. Yang benar-benar bisa kita nikmati mungkin tersisa setengahnya aja. Dua ribuan minggu. Dikit, lho! Dua ribu minggu yang lalu itu tahun 1985. Saat Coca Cola rilis New Coke. Kala Michael Jordan jadi Rookie of the year. Ketika film The Breakfast Club & Back to the Future tayang di bioskop. Think again. Two thousand weeks really isn’t that much!

Gak cuma waktu. Energi kita juga terbatas. Baik fisik maupun mental. Tapi kebanyakan orang hidup dengan berpikir energi mereka itu tak terbatas. Bahwa waktu mereka itu gak ada habisnya. Akhirnya semua kesempatan diambil. Semua tawaran diiyakan. Gak bisa berkata tidak sama sekali. Coy, Iron Man sama Ultraman aja butuh powerbank. Luhut aja bisa kecapean lho itu kemarin sampai masuk rumah sakit. Terus, elu siapa? Nganggep bisa ngerjain segala hal? Sadar diri dikit yuk.

THANKS, BUT NO THANKS!

Maka saya mohon maaf. Untuk teman-teman yang minta saya bacain naskah buku dan tulisan-tulisan panjangnya. Untuk yang minta saya bahas topik ini-itu panjang lebar. Yang minta saya dengerin curhatan panjang lebar soal problematika hidup teman-teman. Yang minta saya review & kasih masukan ke ide & proposal bisnis teman-teman. Juga yang minta saya jawabin pertanyaan-pertanyaan berat yang ChatGPT juga gak bisa jawab. Thanks, but no thanks. Really. I’m flattered that you ask me, but sorry most of the times I have to say no.

[maaf kalau saya cuma bisa kasih meme ini]

I’m sorry. I just don’t have all the time in the world (you too actually!). My energy is limited. Kekuatan saya terbatas. Apalagi kesabaran saya. Bisa-bisa aja sih semuanya saya iya-in, tapi mungkin setelahnya saya perlu obat kuat. Belum waktunya lah yaaaaaa. hehehe..

Ketika saya belajar untuk berkata tidak. Untuk fokus pada hal-hal yang penting. Hidup saya malah jadi jauh lebih baik! Saya tidak kehabisan energi setiap hari memikirkan hal-hal yang gak relevan-relevan amat dalam hidup saya. Saya bisa fokus mengerjakan hal-hal yang memang saya anggap penting. Saya gak kelelahan. Saya cenderung lebih happy. Tak hanya itu, bahkan pintu-pintu kesempatan yang sejalan dengan tujuan saya jadi lebih sering mampir.

Funny, how narrowing your target makes you get more! Ketika kita menembak ke segala arah, bisa jadi lebih banyak melesetnya daripada kena targetnya. Sebaliknya, ketika fokus mengarahkan ke target yang lebih spesifik, kemungkinan besar peluru kita akan mengenai sasaran. Ya mungkin gak di percobaan pertama. Tetap butuh proses. Tapi, kita akan menghemat begitu banyak peluru yang terbuang gak penting.

The point is, the moment I learn how to say no, the moment I give myself the respect I deserve. Maybe you should, too! It might be hard, at first. But your life will get easier, eventually. Trust me.

Sekian Celotehan Tuwagapat edisi kedua. Semoga bermanfaat ya! Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Bakso Afung, 9 Oktober 2023

Kirim Komentar!