Yang Akan Hilang Berkat RUU Penyiaran & Dewan Media Sosial

Hari-hari ini saya butuh restock Panadol Extra lebih banyak dari biasanya. Setiap buka berita, kepala pusing, mata membelalak, & emosi jiwa meledak-ledak. Rasanya pejabat kita sedang berlomba mempertontonkan kebodohannya.

Sebenarnya saya gak berharap banyak koq sama pemerintah dan pejabat. Saya tahu kapasitas mereka memang terbatas, baik moral pun kognitif. Tapi tetap saja hari-hari ini kekecewaan dan kekesalan saya memuncak.

Dari urusan UKT selangit, TAPERA, Pajak Naik, RUU Polri & TNI, Drama Polri vs Kejaksaan, Revisi UU MK, Putusan Mahkamah Agung, Kasus Korupsi SYL, Timah, & Emas Palsu Antam, hingga yang terakhir & paling mengganggu saya: RUU Penyiaran dan wacana Dewan Media Sosial.

Kenapa RUU Penyiaran & Dewan Media Sosial adalah ide tolol bahkan untuk level pejabat kita? Karena ide-ini busuk ini harusnya sudah masuk ke museum sejak Soeharto dan Orde Baru dilengserkan. Dunia bergerak maju merawat kebebasan berpendapat, kreativitas, & demokrasi. Tapi pejabat-pejabat tolol ini seakan ingin kembali ke masa lalu. Ke masa Departemen Penerangan masih bertaji. Ke masa narasi tunggal penguasa jadi satu-satunya kebenaran. Ke masa hak & kebebasan rakyat dipasung demi kepentingan penguasa.

Ada banyak masalah dari RUU Penyiaran & wacana Dewan Media Sosial. Dari tumpang tindih kewenangan, pelemahan dewan pers, pengebirian kebebasan berpendapat, pemasungan kerja jurnalistik, hingga penghidupan kembali pasal-pasal karet yang bisa membungkam siapa saja.

Biar sederhana, saya akan jelaskan apa saja yang akan hilang, jika dua produk busuk ini benar-benar dipaksakan. Biar kamu gak diam saja. Biar kamu gak menyesal nanti lalu posting kata-kata penghibur diri “You’ll never know what you have until you lose it.”

#1 Jurnalisme Berkualitas

Jika jurnalisme investigasi dibatasi, ya lambat laun jurnalisme kita cuma jadi corong kekuasaan saja. Ngasih tahu hari ini presiden makan apa. Besok pidato apa. Lusa kencing di mana. Mau investigasi kasus korupsi, penyalahgunaan wewenang aparat, kekuasaan yang ugal-ugalan, atau kecurangan Pemilu? Ya gak bisa. Semua yang berseberangan akan disensor. Semua yang tidak sesuai selera penguasa akan dibungkam.

#2 Kebenaran

Masih terkait dengan jurnalisme berkualitas. Hal lain yang akan hilang adalah kebenaran. Bayangkan jika kita dipaksa tunduk pada narasi dari perangkat kekuasaan. Sambo tidak akan diadili. Bharada E masih dipenjara. Keadilan dan kebenaran tidak akan terungkap. Di awal, rilis resmi kepolisian adalah tembak-tembakan antar ajudan. Baru setelah usaha tiada henti dari pengacara keluarga korban dan investigasi dari kawan-kawan jurnalis, kebenaran terungkap.

Kita juga tidak akan tahu betapa buruk jalanan di Lampung. Betapa biadabnya SYL dan keluarga dalam mengeruk harta rakyat. Kebobrokan institusi penegak hukum. Kasus pelecehan seksual di institusi pendidikan. Dan segala masalah lain di bumi manusia ini.

#3 Media Sosial yang Seru

Jangan harap media sosial yang seseru sekarang akan tetap bertahan. Ke depannya kamu cuma akan melihat puja-puji terhadap pemerintah. Entah ke Jokowi. Prabowo. Anaknya. Keponakannya. Mantunya. Cucunya. Besannya. Iparnya. Omnya. Tantenya. Ajudannya. Asisten Pribadinya. Pembantunya. Tetangganya. Mungkin kucingnya. Selamat datang di dunia 1984. Welcome, The Big Brother.

#4 Kebebasan Berpendapat

Mungkin kita tidak bisa lagi berkeluh kesah kala mendapat pengalaman buruk saat ngurus BPJS. Atau saat dikacangin kala bikin laporan polisi karena kasusnya belum viral. Viralin aparat arogan dan pelanggar hukum? Ya kamu yang kena. Viralin pejabat yang melecehkan kamu? Ya kamu yang dipenjara. Viralin Bea Cukai? Ya kamu yang diretur ke penjara.

#5 Tontonan yang Beragam

Kamu suka me time & melepas penat dengan nonton Netflix? Dengerin podcast seru di Spotify? Nongkrongin obrolan menarik di Youtube? Say goodbye to all those things. Nantinya semua harus lolos sensor. Nantinya semua harus sesuai selera penguasa. Nantinya semua harus berhati-hati. Kreator konten juga males bikin konten kreatif, daripada risikonya dipenjara.

#6 Saya

Iya, saya. Saya dan tulisan-tulisan saya pasti akan hilang. Saya yakin 100% tulisan saya gak lolos sensor penguasa. Maka jangan heran kalau nanti akun saya hilang. Atau minimal banting setir. Gak lagi bahas yang seru-seru. Tapi jadi buzzer politik buat anak, mantu, atau cucunya Jokowi.

#7 Kamu

Ya, kamu. Pada akhirnya, kamu juga akan hilang. Because we’re in this together. Ini rumah kita bersama. Ini kapal yang kita tumpangi bersama. Saat ini bocornya makin banyak. Kalau kita diam saja gak berusaha nambal kebocoran ini, ya tunggu waktu aja kita semua tenggelam bareng-bareng.

Demikian kira-kira, sejumlah hal yang akan hilang jika RUU Penyiaran & wacana Dewan Media Sosial benar-benar terlaksana. Jika kamu butuh bacaan lebih lanjut, kamu bisa cek akun berikut:

  • Remotivi
  • Aliansi Jurnalis Independen
  • We Speak Up
  • Safenet Voice
  • Malaka Project

Mari bersuara, sebelum bersuara itu dilarang. Mari berteriak lantang, sebelum satu-satunya teriakan yang diperbolehkan adalah “Oke Gas, Oke Gas.”

One response to “Yang Akan Hilang Berkat RUU Penyiaran & Dewan Media Sosial”

  1. totalyy agree with your opinion, the implications are vast and indo gov really needs to reconsider it by listening to the public’s opinion. It’s quite amusing to hear that one of the policies will still be continued despite being opposed by the majority of the people lol

Kirim Komentar!