Hari Ini Hati Saya Hancur

Hancur, sehancur-hancurnya. Remuk, seremuk-remuknya.

Di perjalanan menuju Jakarta, di perjalanan pulang, saya banyak merenung dan menahan sedih.

Pagi tadi, saya melihat postingan dari seorang teman daring. Iya, teman daring. Kami tidak pernah bertemu, hanya berbalas pesan di Instagram. Tahun lalu, ia mengikuti kursus menulis saya.

Selang beberapa bulan setelah kursus usai, ia mengirim pesan, minta izin belum bisa mengirimkan tugas akhir. Ia sedang sakit, dan butuh waktu tambahan.

Saya pun memberikan semangat dan pesan agar fokus ke pemulihan diri saja, juga deadline untuknya saya hapus. Silakan mengirim tugas kapan pun ia bisa, akan tetap saya terima. Selamanya.

Ternyata, selamanya tetap tidak cukup.

Ia telah berpulang, beberapa minggu lalu. Postingan tadi pagi, yang sepertinya di-post oleh anggota keluarganya, adalah foto nisannya.

Saya jadi mampir ke akunnya. Ternyata ia telah lama berjibaku dengan cancer, jauh sebelum kami berbalas pesan dan ia ikut kursus saya.

Saat kami berbalas pesan dan ia tanya-tanya soal kursus menulis pun, tidak ada kesan bahwa ia sedang berjuang melawan sakit. Pesannya selalu positif. Emojinya selalu ceria. Tak sekalipun ia menunjukkan momen-momen lemah dan kesakitan, padahal saya tahu, berjuang melawan cancer adalah perjuangan yang teramat berat.

Saya tahu, saya tidak bisa berbuat apa-apa juga. Tapi, hati saya tetap remuk. Seremuk-remuknya. Koyak. Patah. Berkeping-keping.

Menyadari bahwa hingga di saat-saat terakhirnya, ia masih demikian bersemangat untuk belajar. Bahkan di momen-momen terberatnya, ia masih kepikiran akan sebuah tugas kecil dari kursus yang tak penting-penting amat.

Saya jadi membaca-baca kembali pesan lamanya. Ia ingin belajar menulis, karena ingin membagikan pengalamannya agar lebih banyak orang yang aware soal kesehatan. Ia ingin membantu orang. Membuat orang bersiap akan kemungkinan terburuk. Hingga saat-saat terakhirnya.

Sayang, nasib berkata lain. Semesta berkehendak lain. Ia telah berpulang ke ke sorga terlebih dahulu. Mendahului kita jiwa-jiwa yang masih mengembara di bumi.

On this simple post, I just want to say to you: you’ve reached at least one other person in this world, and it’s me. Through our brief encounter, I learned a lot from you! The courage to fight the impossible. The ability to stay positive even in the darkest time. The desire to help others. And most of all: the importance of health & preparing for the worst.

Selamat beristirahat dalam damai, Kak Riri.

May you rest in peace, you beautiful soul. I believe you’re at the better place, now. Where your pain subsides and your happiness stays. This time forever.

Kirim Komentar!