Genuine, Unicorn, & It’s Okay to Not Be a Stoic

Welcome back to Things Worth Sharing (TWS)!

Ini adalah episode ke-12 TWS. Kolom di mana saya menuliskan pembelajaran sepanjang minggu lewat hal yang saya lihat, dengar, & rasakan.


#1 GENUINE

Minggu lalu, postingan saya di Threads soal Skechers lumayan ramai! Sebenarnya itu cuma postingan random yang sederhana banget. Gak nyangka bisa seramai itu. Postingan jujur soal bagaimana saya yang awalnya bingung, siapa pangsa pasar dari Skechers dengan teknologi “hands free slip-ins” di sepatu mereka. Karena menurut saya sekadar bungkuk sebentar itu harusnya bukan masalah bagi anak muda atau orang yang suka olahraga.

Tapi…tiba-tiba realitas menampar. Beberapa hari kemudian pinggang saya rada encok. Sehingga menyulitkan saya bermobilitas, termasuk bungkuk dan pakai sepatu. Bisa sih, cuma rada nyeri aja! haha.. Barulah di momen tersebut saya tersadar bahwa orang-orang seperti sayalah yang jadi pangsa pasar Skechers.

Yang tak semuda itu lagi. Tak sefit itu lagi. Yang sudah harus mulai berdamai dengan usia & kenyataan.

Postingannya ramai, lebih dari 150 ribu views di Threads. Di Instagram, meski cuma saya repost ke IG Story, ternyata gak kalah ramai. Brand Ambassadornya (Joe Taslim) sampai ikutan komentar. Akun resmi Skechers Indonesia juga ikutan menyampaikan apresiasi.

Banyak yang bertanya, “Ini settingan bukan?” atau “Dibayar ya lo?”

Kagaaaaak!! Sumpah kagak. Ini beneran postingan genuine, tulus, dan organik dari gue doang. Gak ada niat buat viral atau ramai. Cuma menumpahkan unek-unek semata.

Dan, yang bikin postingan gue di Threads ramai banget justru orang-orang yang ikutan bercerita karena memang mereka seterbantu itu dengan teknologi Skechers. Mulai dari lansia, ibu hamil, remaja jompo kayak saya, bahkan ibu-ibu muda yang butuh sepatu sat-set biar gak kalah sat-set sama anaknya yang berlarian secepat Ninja.

So, take notes dear business owner or comms people: authenticity & genuine post works. Sometimes, you just have to make sure that your product / service is really great and solve people’s problems. When the time comes, people will talk about your product!

Sering banget pas ngajar media sosial, ada pertanyaan:

“Beli followers guna gak sih?”

“Pakai buzzer aman kan?”

“Kita perintahin semua staf perusahaan kasih komentar positif kali ya?”

Yeah, that kind of things won’t work.

You can’t bypass the process. You can’t hack it. The best communication is the one which comes from the heart. And that’s why we need authenticity & genuineness.

#2 UNICORN

Semingguan ini saya baru saja mulai (dan namatin) series Mad Unicorn di Netflix.

Awalnya iseng aja coba nonton pas lagi kehabisan tontonan buat nemenin saya makan siang. Turns out, I love the show so much!

Udah lama banget saya gak binge watch apa pun. Bahkan, Squid Game episode 3 aja saya stuck di tengah. Mau lanjut ya males. Gak lanjut ya nanggung. Tapi ya gak sepenasaran itu juga. Jadinya belom beres-beres.

Tapi series ini? Sepenasaran itu saya! Suka banget sama temanya: dunia startup. Ngegambarin betapa brutalnya perjuangan menjadi unicorn. Sulitnya mencari investor, beratnya bangun tim yang mumpuni, patah hatinya saat harus efisiensi dan mecatin karyawan, keputusan-keputusan berat hanya demi bertahan hidup, malam-malam panjang tanpa jalan keluar, hingga saling tikam dan pengkhianatan.

Iya, di sana-sini ada kekurangan. Ada simplifikasi. Tapi tentu tidak semua hal bisa tercover sebegitu detilnya dalam series sepanjang “hanya” tujuh episode ini. Oh ya, yang bikin lebih seru: karena series ini terinspirasi dari kisah nyata unicorn pertama asal Thailand.

I learned a lot about business, persistence, & grit from the show. If you’re, like me, running out of good show to watch, then give it a try. Who knows, maybe you’ll enjoy it more than me.

#3 IT’S OKAY TO NOT BE A STOIC

Saya masih menikmati baca buku Good Anger. Maklum, saya memang slow reader. Udah dua mingguan lebih baca buku ini, dan nyaris di tiap bab ada aja tabokan-tabokan yang menampar.

Saya suka banget sama temanya: ngajarin kita untuk ngamuk lebih baik. Saya banget kan? hehehe..

Nah, karena lagi banyak ngulik soal how to rage better, saya juga jadi nemuin bahwa stoicism & segala tren “keep calm” “keep calm” itu gak cuma berbahaya, tapi beneran bisa membunuh.

It literally kills you.

Ketidakmampuan mengelola emosi, khususnya emosi yang kerap kali dipandang negatif oleh masyarakat seperti kemarahan, bisa berdampak buruk ke tubuhmu. Di esai “Self-Silencing is Making Women Sick” dari TIME, dijelaskan lebih detil riset-riset yang mendukung hal ini.

Most jarringly, women’s self-silencing has also been linked to higher risk of premature death. In one study, researchers followed nearly 4,000 people in Framingham, Massachusetts over 10 years. They found that women who didn’t express themselves when they had fights with their spouses were four times more likely to die than those who did. This was true even when factors such as age, blood pressure, smoking, and levels of cholesterol were taken into account.

Yes, you read that right.

We, as a society, need to learn to better express our anger:

Oh, ini juga bakal jadi bahasan di Sekilas Kelas bulan ini! Nantikan informasi selengkapnya ya, dear subscribers. ;)


That’s it. Those are things worth sharing this week from me.

Weekend Read Recommendations:

[1] AI Will Never Be Your Kid’s Friend – The Atlantic (Gift Article)

Chatbots mungkin terasa menyenangkan, bisa jadi companion untuk anak-anak kita. Tapi jangan luput: mereka juga bisa menghilangkan kesempatan belajar mereka untuk jadi manusia seutuhnya.

[2] Why I Finally Fell Out of Love with Attachment Theory – Vogue UK

Sebagai mahasiswa Psikologi, saya paham banget betapa attachment theory memiliki gravitasinya tersendiri bagi banyak orang. Sederhana, masuk akal, dan bisa menjelaskan banyak hal. Kadang, mungkin terlalu banyak.

[3] How to Handle Defensive People – Psyche

Ngadepin manusia-manusia defensif yang selalu punya rasionalisasi dan jawaban ketika dikritik itu malesin banget. Mungkin panduan dari Psyche ini bisa membantu!

[4] How US Universities Became So Vulnerable to Government Threats – Bloomberg (Gift Article)

Benang kusut independensi dunia akademia, militer, & pemerintah yang pada akhirnya mengancam keberlangsungan dari kampus-kampus elit di AS belakangan ini.

[5] The Battle of…Matcha Lovers – WSJ (Gift Article)

Bagaimana kelangkaan ketersediaan matcha yang sedikit lagi bakal berimbas ke banyak aspek, justru memicu pertengkaran tak penting di sesama komunitas pencinta matcha. Well, we really are capable to fight over anything, aren’t we?!

[6] Trump’s Cabinet of Incompetents – NYT (Gift Article)

Negara sebesar AS, pejabatnya dipilih berdasar loyalitas, bukan kapabilitas. Akhirnya? Satu kabinet goblok semua. Exhibit #779 bahwa Indonesia dan Amerika itu sejatinya saudara kembar. wkwkwk..

[7] The Cost of Permission – Good Thoughts Substack

Bacaan menarik tentang bagaimana regulasi berlebih dari negara (di Italia misalnya, untuk bisa ikut klub olahraga atau gym, butuh sertifikat medis), pada akhirnya justru merugikan masyarakat & negara itu sendiri. FYI, sebelum deregulasi beberapa tahun terakhir ini, artis / atlet asing yang mau tampil di Indonesia itu butuh SKCK! wkwkwk..


Gitu dulu TWS kali ini.

Semoga bisa bikin akhir pekanmu lebih berwarna & seru!

Minggu, 13 Juli 2025

Kirim Komentar!