
Seorang nahkoda berdiri di geladak kapal. Ia memandangi air laut yang tenang. Kini ia berada di tengah laut, setelah entah berapa lama kapalnya diterjang badai. Sempat beberapa kali ia menyerah, namun nyatanya ia berhasil melewati badai tersebut. Kini perasaannya bercampur aduk. Ada takjub, syukur, sekaligus bingung.
Sistem navigasi hancur. Ia tidak tahu ada dimana. Ia tidak tahu harus kemana. Ia tahu, pelayaran harus dilanjutkan. Namun setiap kali ia memikirkan tujuan, kekhawatiran menyergap tanpa aba-aba. Kekhawatiran akan badai, perompak, atau karang. Itu semua menghambat langkahnya. Lantas kapalnya pun diam tak bergerak.
Setelah berhari-hari terdiam, dan perbekalan menipis, ia pun memutuskan untuk berlayar kembali. Ia tentukan akan bergerak ke Utara. Persetan dengan semua kekhawatiran, katanya. Lebih baik mencoba, sekalipun badai menghempasnya lagi, daripada mati tanpa tantangan di tengah-tengah laut yang tenang.