Seminggu Gubernur Baru

samantha-sophia-199598
Photo by NordWood Themes on Unsplash

 

Tepat seminggu sudah Jakarta punya gubernur baru. Kalau anak alay pacaran, pasti dirayain nih. Week-versary! hehe. Ya anggap saja saya alay, deh. Jadi kudu “merayakan” seminggu perjalanan pemimpin baru di Jakarta. Setidak-tidaknya dengan satu tulisan ga penting. hehe..

Sebenarnya agak susah menggambarkan apa yang dirasakan terkait gubernur baru, tapi gampangnya kita pake analogi saja deh. Perasaan ini tuh mirip-mirip kayak nonton Transformers yang terakhir. Sebenernya saya ga memilih untuk nonton film ini, tapi karena “kalah voting” ya apa boleh buat. Sebenernya saya ga suka-suka amat sama film sejenis ini, tapi yaudah lah toh tiket sudah dibeli. Dan terakhir, sebenernya saya udah ga menaruh harapan apa-apa pas nonton. Tapi entah kenapa, dengan ajaibnya film ini tetap sukses MENGECEWAKAN.

PERSIS! Kurang lebih begitu perasaan saya. Sudah ga naruh harapan apa-apa, tapi masih bisa dikecewakan. Ini ajaib, sih. Momen-momen yang seharusnya bisa lewat dengan biasa-biasa saja, tak gitu berkesan, entah mengapa bisa penuh kesan negatif dan kekecewaan.

Pidato pelantikan, misalnya. Ini bisa banget berlalu tanpa hujatan. Minimal tak berkesan, deh. Cukup kalimat-kalimat normatif, penuh syukur dan ajakan membangun, macam pidato kepala sekolah yang bikin ngantuk pas upacara bendera. Bisa kok! Eh, ajaibnya malah berujung polemik, pendikotomian masyarakat, dan penistaan terhadap sejarah.

Hari-hari awal kerja, misalnya. Bisa banget berlalu dengan adaptasi dan liputan-liputan membosankan. Pelajari sistem ini misalnya, berkenalan dengan dinas itu, misalnya. Eh, entah kenapa jadi ajang “kampanye” yang penuh dengan pesan ofensif terhadap rezim terdahulu. Dari peraturan pakai sepatu, sampai mengkritik macetnya Jakarta. Ya elah udah jadi Gubernur masih aja baru tau Jakarta macet? haha..

Akhir pekan pertama, lebih-lebih. Bisa banget berlalu dengan acara seremonial minim pemberitaan. Gunting pita di sini, hadiri perkawinan warga di sana. Yang netral-netral deh pokoknya. Eh, entah kenapa bisa berujung tindakan “semau gue” di wilayah tetangga. Duh, beneran deh. Udah miskom sama polisi, minta diistimewakan kebangetan, buat klarifikasi dan justifikasi yang malah ketahuan blundernya.

Intinya seminggu ini lucu, deh. Kayak lagi nonton sitkom, yang sayangnya ternyata berita politik beneran.

Ini baru seminggu loh, belum ada yang penting-penting banget. Belum ada kebijakan strategis. Belum ada urusan anggaran triliunan. Gimana lima tahun ke depan, ya?

Harapannya sih semoga semakin baik. Semoga ke depan makin profesional, mawas diri, dan menginspirasi. Tapi ujung-ujungnya saya ga berani berharap, sih. Wong tanpa harapan aja bisa kecewa, apa lagi berharap? Takutnya doi malah berubah jadi DECEPTICON.

Jakarta, 23 Oktober 2017
Okki Sutanto

Kirim Komentar!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: