Kisah Tikus, Sapi, Babi & Sapi di Peternakan.
Alkisah di suatu peternakan kecil, hiduplah tikus, sapi, babi dan ayam dengan harmonis. Hingga suatu saat sang tikus menyadari bahwa peternak membeli perangkap tikus untuk menangkapnya! Paniklah si tikus. Ia mulai curhat ke sang sapi.
“Gimana nih? Bahaya! Ada perangkap tikus!”, sang sapi cuma menyatakan simpatinya. Lalu berkata bahwa dia kan sapi. Gak bakal masuk ke dalam rumah juga. Jadi perangkap itu gak akan mengenai dirinya. Jadi dia gak peduli-peduli amat.
Si tikus sedih lalu curhat ke babi.
“Ada perangkap tikus! Kiamat nih….”, babi pun gak gitu peduli. Dia bilang bahwa tubuh gempalnya gak akan mungkin terkena perangkap tikus yang kecil itu. Jadi ya bukan urusan dia. Babi pun meninggalkan si tikus sambil lanjut Netflix-an. Babi emang.
Si tikus pun berharap pada sahabat terakhirnya, ayam.
“Yam, gimana nih? Ada perangkap tikus di rumah. Tolongin gue dong plis!”, si ayam malah balik marah-marah. “Lo tuh masih mending! Masalah lo cuma perangkap tikus, kan tinggal lo hindarin aja. Nih idup gue ribet banget mesti sibuk kiw kiw kukuruyuk tiap hari. Belom lagi nyari makan buat gue dan keluarga gue. Plis lah jangan bebani gue sama masalah kecil lo!”
Si tikus pun terdiam. Dia kembali ke lubang kecilnya dan memutuskan untuk berpasrah pada nasib. Sedih, karena teman dan sahabatnya tidak ada yang peduli.
Di malam hari, ada bunyi perangkap tikus menjepit mangsa! Ceklak!! Karena dipikir yang terperangkap adalah tikus, maka istri peternak langsung menuju ke perangkap tikus dengan tangan kosong. Karena gelap ia tidak sadar bahwa yang terjepit di perangkap tikus adalah ular yang sedang meronta-ronta kesakitan. Ular pun menggigitnya. Si istri mengerang kesakitan, membangunkan suaminya. Peternak membunuh ular tersebut lalu membawa sang istri ke dokter.
Kata dokter, sang istri kena demam parah dan harus banyak makan sup ayam. Dengan berat hati si peternak menyembelih ayamnya untuk dijadikan sup hangat buat istrinya. Ternyata sakitnya berlanjut, ia harus minta bantuan sanak saudaranya untuk bantu merawat sang istri. Untuk memberi makan sanak saudaranya, sang peternak akhirnya menyembelih babi untuk lauk makan siang dan makan malam selama beberapa hari. Ternyata, keadaan sang istri terus memburuk dan akhirnya meninggal. Pemakaman dilangsungkan. Keluarga jauh, tetangga, hingga banyak kenalan sang peternak berdatangan. Ia pun terpaksa menyembelih sapinya agar cukup makanan bagi semua yang melayat.
Begitulah. Si ayam, babi, dan sapi akhirnya mati disembelih. Si tikus cuma bisa prihatin menyaksikan sahabatnya mati satu per satu. The end.
Meski di tulisan terakhir saya mengutip Animal Farm, tapi ini kisah yang berbeda ya. Bukan karangan George Orwell. Intinya adalah: sering kita merasa ketika ada satu masalah, dan masalah itu jauh sama kita, kita gak peduli-peduli amat. Padahal, bisa jadi suatu saat kita juga bisa kena dampaknya.
Dan ini sering banget kita lakukan! Pas ada rekan kerja yang ngeluhin beban kerjaannya yang banyak banget dan di luar job desc, kita cuma bisa kasih emoji api-api. Gak lama dia resign dan kita yang ketumpukan semua kerjaannya sampai kita yang burn out. Pas liat jutaan orang main judi online pakai uang pinjol kita cuma ketawain aja betapa bodohnya mereka menghancurkan diri sendiri. Tanpa sadar lama-lama daya beli masyarakat turun, bisnis kita pun terdampak dan gak bisa bayar uang sekolah anak.
Begitu pun mengikuti perkembangan politik negara kita akhir-akhir ini yang semakin tolol dan membahayakan demokrasi. Sebagian kita memilih untuk menjadi si ayam, babi, dan sapi. “Ah, politik mah bukan urusan gue”, atau “Lho yang bangsat kan MK, apa hubungannya sama gue?”, atau “Yaudahlah kan yang bikin dinasti politik mereka, idup gue juga udah ribet, gak ngaruh!!!”
Tunggu dulu bos! Ini negara kita. Ini bangsa kita. Ini kehidupan kita bersama ratusan juta rakyat Indonesia lainnya. Jangan kira hanya karena masalahnya saat ini jauh dari kita, suatu saat masalah ini gak akan nyampe ke kita. Hanya karena sekarang yang lagi diobok-obok konstitusinya, bukan berarti suatu hari nanti kehidupan dan hak-hak kita gak ikut diobok-obok.
Kita bukan manusia spesial. Kita gak punya Jubah Tembus Pandang Harry Potter yang bisa bikin kita “kebal” dari masalah. Mungkin skenarionya sekarang belum melibatkan kita secara langsung. Tapi bisa jadi skenarionya nanti akan berubah cepat dan kehidupan kita yang jadi taruhannya. Perangkap tikusnya sudah terpasang. Kotak pandora sudah dibuka. Gak ada yang bisa prediksi apa yang akan terjadi ke depannya. Yang bisa kita lakukan cuma bersiap dan saling bantu. Tidak sekadar fokus menyelamatkan diri sendiri.
Indonesia bak kapal yang sedang kita tumpangi. Lambung kapalnya bocor. Air mulai masuk. Kalau kita diam & gak peduli, bahkan tertawain mereka yang lagi sibuk mengatasi bocor, ujungnya yang tenggelam ya kita semua. Yang bakal ikut disembelih, ya kita semua.
Mau? hehehe.. Saya sih enggak. Sekian tulisan kali ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.
Indonesia, 23 Oktober 2023
Kirim Komentar!