Kongkalikong Godzilla & Kong

Setelah cukup lama, akhirnya kemarin nonton bioskop lagi. Godzila VS Kong. Berikut sejumlah catatan saya selama menonton film ini. Oh ya, tulisan ini mengandung spoiler ya. Jadi kalau belum nonton dan punya minat untuk nonton, mending jangan baca ini.

Buat kalian yang mau nostalgia dua makhluk raksasa ganas ini, silakan banget nonton ya. Menghibur kok. Untuk urusan CG dan efeknya sih pastinya keren, gak perlu diragukan. Yang pasti lebih bagus daripada naga-nagaan Indosiar. Tapi untuk urusan logika dan alur cerita, well…. not so much.

Berikut sejumlah momen yang otomatis membuat celetukan (sumpah serapah) bergema hebat di kepala saya kala menonton film ini.

SATU: Toxic masculinity at it’s beast.

Salah satu permasalahan utama di film ini adalah dua makhluk ini ingin membuktikan siapa alpha male terkuat sejagat. Ya, sesimpel itu. Macam dua bocah ABG yang perlu banget cari validasi dari temen-temennya bahwa mereka itu keren. Perasaan ini dunia kan gak kecil-kecil amat yak. Bisa kali bagi-bagi wilayah. Satu di Eropa satu di Afrika misalnya. Gak usah saling senggol, gitu. FPI sama FBR aja bisa kok bagi-bagi wilayah. Kenapa kalian gak bisa? Tolonglah. Kalian bukan bocah ABG lagi. Yang segitunya butuh pengakuan bahwa kalian kuat dan keren. Kalian bukan Putin atau Kim Jong Un. Stop. Just stop.

DUA: Markas Super Rahasia tapi gak punya satpam.

Di film ini ada perusahaan teknologi raksasa bernama APEX yang punya markas rahasia untuk ngembangin senjata super rahasia. Ceritanya ini perusahaan tuh kaya banget. Mereka bisa bikin fasilitas super rahasia di bawah tanah, liftnya aja sampe harus turun 33 lantai. Bisa bikin robot super juga. Tapi kok ya gampang banget disusupin sama dua bocah SMA dan satu host podcast. Ini tiga cecurut bisa leluasa ngobrak-ngabrik fasilitas-fasilitas paling top secret tanpa hambatan. Sama sekali. Monmaap ini perusahaan segede ini apa kagak sanggup ngegaji minimal satu aja gitu Satpam BCA?

TIGA: “Oke kita charge aja pake powerbank XiaoMi!”

Ada satu momen dimana Kong sekarat. Kecapekan abis gelut sama Godzila. Udah terkapar gak berdaya. Matanya udah setengah merem. Jantungnya udah melambat. Tapi kita tahu bahwa Kong dibutuhkan nih buat ngalahin penjahatnya.

Apa yang kira-kira bisa dilakukan sama para karakter di film? Simpel aja kok: “Kita charge aja Kong pake powerbank XiaoMi 20.000 mAh yang harganya cuma cepekceng di tokped.” Ya gak persis begitu, sih. Tapi mirip-mirip.

EMPAT: Kita cabut saja stop kontaknya, bund!

Satu lagi momen lazy-writing oleh para penulis skenarionya adalah pas pertarungan final. Saat robot raksasa buatan APEX ngamuk dan gak bisa dikendaliin. Meski Godzilla sama Kong udah kongkalikong buat ngebully si robot mechagodzilla, tetep aja mereka masih kewalahan. Apa yang dilakukan sodara? “Oh iya, kita matiin aja stop kontaknya biar si robotnya shutdown.”

Lalu macam Podcastnya Deddy Cahyadi, robot itu pun three-two-one, close the door….

LIMA: Itu Hongkong apa Alfamidi?

Pertarungan berakhir. Hong Kong udah hancur lebur. Gedung-gedung pada roboh. Jembatan ancur. Kepanikan dimana-mana. Pokoknya berantakan banget deh kayak UI/UXnya Shopee. Di momen ini, salah satu karakter protagonis kita, si siswi SMA, sedang mencari ayahnya yang kebetulan juga lagi ada di Hong Kong.

Bayangin ya. Hong Kong. Tempat terpadat di dunia dengan 7.5 juta penduduk. Yang seluruh warganya lagi pada panik dan berhamburan ke jalanan. Tau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk si siswi SMA nemuin ayahnya? Tujuh detik. Ya, tujuh detik doang. MONMAAP LU BEDUA ILANG DI HONGKONG APA DI ALFAMIDI SIH ANJJJ!

Udah, gitu aja unek-unek saya. Makasih udah mampir.

Jakarta, 10 April 2021
Okki Sutanto

Kirim Komentar!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: