Sedang ramai kasus investasi bodong yang nominal kerugiannya mencapai lebih dari 1 Triliun! Dengan modus suntik modal (sunmod) pengadaan alat kesehatan (alkes). Padahal, sedari awal orang dalemnya udah bilang bahwa ini “high risk high return”. Tapi masih banyak aja yang ikutan. Seakan mereka tertodong untuk ikutan investasi ini. Seakan kalo gak ikutan, mereka mati. Gimana sih, penjelasannya?
Richard Thaler & Daniel Kahneman, dua peraih nobel ekonomi (padahal yang terakhir itu psikolog, lho), sudah sering menjelaskan bahwa ketika berurusan dengan ekonomi dan keuangan, manusia itu sering banget irasional. Emosi lebih sering memegang kendali, dibanding logika. Manusia juga punya banyak bias dan limitasi untuk bisa berpikir objektif menyoal keuangan.
Maka ketika ada tawaran investasi menggiurkan, apalagi tak jarang co-branding sama nilai tertentu (investasi islami nih! Bantuin dunia kesehatan nih! Masa depan teknologi nih!), makin mudahlah orang terbuai dan terperangkap. Karena balik lagi, manusia itu gampang banget dimainin emosinya.
Padahal, beberapa tahun belakangan buanyak banget so-called financial influencers bertebaran di media sosial. Yang sibuk mengedukasi masyarakat dengan literasi finansial. Tapi, kenapa koq masih banyak masyarakat yang tertipu, sih? Tentang itu sudah saya jabarkan dalam tulisan menyoal finfluencers beberapa waktu lalu, silakan baca-baca aja ya.
Intinya mah, buat gue mereka bisa jadi malah fueling the fire. Dengan jargon-jargon bikin FOMO, yang menciptakan tuntutan sosial bahwa SEMUA orang HARUS berinvestasi, bahwa cuan is number wan, bahwa kalo lo gak invest lo gak bakal bisa sekolahin anak lo dengan layak. And so on. And so on. Yang akhirnya ketika orang-orang ini dapet tawaran “investasi” menggiurkan, yang bikin mereka jadi punya secuil harapan untuk bisa nyekolahin anak bareng Rafathar, ya akhirnya mereka ambil.
Get-rich-quick-scheme udah ada dari zaman baheula. Di belahan dunia manapun. Skema ponzi. Money game. MLM bodong. Investasi bodong. You name it. Di Indonesia sendiri, dari jaman dulu juga ada kasus-kasus besar macam Wesel Berantai tahun 1975, Koperasi Cipaganti tahun 2000-an, GTIS di tahun 2014 yang turut menyeret MUI, Pandawa Group, Koperasi Langit Biru, dan masih banyak lagi. Kerugiannya triliunan. Kebayang gak kalo beli seblak bisa muntah berapa kali?
Nih ya, beberapa tips yang mungkin bikin lo bisa terhindar dari investasi bodong. Pertama, menyadari bahwa finance is personal and life’s not a competition. Gak usah peduli sebanyak apa financial influencers yang nakut-nakutin lu tentang biaya hidup yang makin gak kebendung, keep calm! Woles. Gak usah FOMO untuk ngecuan dari investasi A, investasi B, dan lainnya.
Dari 1 temen lu yang di medsos keliatannya ngecuan banyak dari investasi, percayalah ada 10 temen lu yang boncos dari investasi. Cuma ya gak keliatan aja. Malu mereka nge-share di medsos juga. Jadinya ya survivorship bias. Yang terlihat dan ngebacot ya mereka-mereka yang cuan doang. Akhirnya bikin ilusi bahwa “Oh investasi tuh gampang ya, buktinya si A bisa!”, tanpa tahu ada si B, C, D, E, F, G, H, I, J, K yang gak sukses-sukses amat dalam berinvestasi.
Selama lu tahu dan nyatetin pemasukan lu berapa, pengeluaran lu berapa, dan lu punya target untuk terus meningkatkan pemasukan, it’s totally fine. Belajar investasi sah-sah saja, tapi gak usah nyebur total juga. Pelan-pelan. Take your time. Sebelum diving bisa snorkeling, lho! Bisa liat-liat dulu medannya kayak apa, dengan alat bantu dan prosedur yang minim risiko (di tempat cetek dulu, jangan baru belajar snorkeling langsung ke palung Mariana!)
Kedua, belajarlah investasi sampai ke akar-akarnya. Jangan stop di jargon dan permukaan. Sadar bahwa memahami dunia investasi tanpa memahami bagaimana dunia bisnis bekerja, sama aja kayak nonton Liga Indonesia tanpa jotos-jotosan: gak lengkap. Lu harus sadar setiap bentuk investasi itu ya terkait dengan bisnis tertentu.
Lu beli saham? Ya artinya mempercayakan duit lu ke perusahaan tertentu dalam menjalankan bisnis mereka. Lu beli SBN & ORI? Ya lu berarti percaya sama pemerintah dalam menjalankan bisnis mereka. Lu ikutan P2P Lending? Ya lu berarti percaya ke UMKM yang menjalankan bisnis mereka. Sama sekali buta sama bisnis tapi coba-coba investasi, sama kayak anak SD percaya sama Power Rangers. Ya percaya aja gituuuuuu~
Nah, belajarlah minimal untuk bisa menganalisa sebuah proposal bisnis. Apa bidang atau industrinya. Permasalahan apa yang mereka selesaikan dengan bisnis mereka. Apa keungggulannya. Gimana strategi mereka menghasilkan uang. Analisa SWOTnya. Timnya gimana. Pemasarannya gimana. Struktur biaya (cost) dan pemasukannya (revenue) gimana. Dan seterusnya. Dengan terbiasa melakukan ini, kita bisa jadi lebih kritis melihat sebuah bisnis. Tahu mana bisnis yang masuk akal, mana investasi bodong yang gak jelas gimana bikin duitnya.
Terakhir, ingatlah bahwa in order to think outside the box, you gotta know what the box is, and understand it inside out. Lo gak bisa jadi pemain baru, ujug-ujug dateng terus mikir “wah ini dia investasi paling beda” atau “cara gue ini pasti paling inovatif”. Kayak anak magang yang merasa ngasih ide super brilian pas rapat sama bosnya, padahal semua ide dia itu udah pernah dicoba dan gagal. Dia simply kurang baca dan paham aja sama perusahaannya sendiri.
Begitu pun investasi. Ketika lu berpikir baru saja menemukan sebuah tambang emas super unik yang gak diketahui sama orang lain, kagak usah kepedean. Bisa jadi itu cuma fatamorgana. Sebelum ada elu, selama ratusan tahun udah ada yang namanya sistem perbankan. Ada yang namanya investor kakap. Ada orang kaya yang selalu nyari cara baru buat muterin duit. Kalo ada investasi baru yang segitu menguntungkannnya, mereka udah tau duluan. Lu masih anak magang. Yang lu pikir think outside the box, jangan-jangan cuma karena lu gak paham-paham banget aja boxnya begimana. Ehehe..
Kalau ada bisnis yang sebulan bisa ngasih ngejanjiin return 15-20%, ya ngapain mereka repot-repot minjem duit dari elu? Mereka bisa ke bank. Bisa cari investor kakap. Bisa invoice financing ke P2P platform. Dengan bunga sekitar 2% saja per bulannya. They don’t fucking need you!
“Tapi banyak yang udah cuan beneran!”, ya skema ponzi emang selalu begitu bhambaaaaaank. Anggep lu sekelas ber-26. Namanya A sampai Z. Hari pertama, A nawarin investasi bodong. Hari kedua, B sama C ikutan. Beneran dapet cuan. Terus mereka mulai ngajak-ngajak yang lain. Hari ketiga, D, E, & F ikutan. Begitu seterusnya.
Hari ketujuh V, W, X, Y, Z ikutan. Nah, duit mereka dipake buat ngasih cuan ke member-member sebelumnya. Setelah itu, tidak ada lagi member yang bisa diajak. Tidak ada lagi duit tersisa. Mereka yang terakhir ikutan, ya boncos. Mereka yang awalnya udah cuan tapi rakus dan lalu ikutan lagi belakang-belakang, ya juga boncos. Si murid A mah udah pindah bawa cuannya ke sekolah internasional. Sisa lu pada aja konflik internal.
Yah, sekian tulisan gue kali ini. Semoga sedikit bermanfaat, ya! Meski gue tau ke depannya akan selalu ada modus investasi bodong baru, dengan nama baru, dengan korban-korban baru. I do sincerely hope you’re not one of them. Kalau tulisan gue bisa mencegah satuuuuu aja korban beginian di masa depan, I’m glad.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya!
Jakarta, 14 Desember 2021