Jangan Mau Dibego-begoin Pake Psikologi

Bukan. Ini bukan pidatonya Ahok yang fenomenal itu.

Belakangan, makin banyak konten seputar kesehatan mental. Di satu sisi, tentu ini hal yang bagus. Masyarakat makin teredukasi dan menyadari pentingnya kesehatan mental. Bahwa ada lho yang namanya gangguan psikologi. Bahwa ada lho yang namanya psikolog. Yang bisa banget kamu datengin kala hidup sedang terasa tidak baik-baik saja.

Tapi, gak sedikit juga konten-konten seputar psikologi yang cenderung tolol dan tidak bertanggungjawab. Misalnya konten-konten begini:

  • INI TANDANYA KAMU TUH DEPRESI STADIUM EMPAT
  • LIMA CIRI MENTAL KAMU LEBIH LEMAH DARI TEMPE
  • INI DIA GANGGUAN MENTAL TERBARU MENURUT DSM 13 PRO MAX

Konten-konten bombastis berbungkus edukasi. Yang mengejar sensasi tapi minim esensi. Yang lebih banyak dampak negatifnya. Mulai dari labelling, oversimplifikasi masalah dan manusia, sampai memfasilitasi self-diagnose berbahaya.

KENAPA BANYAK KONTEN BEGITU?
Psikolog-psikolog berpengalaman dan handal yang saya kenal sih biasanya sibuk sama praktik, ngajar, atau bahkan lagi ngejar PhD. Bukannya sibuk ngonten. Jadinya, kebanyakan pengisi konten di bidang mental health ya psikolog muda minim pengalaman, sarjana psikologi sotoy, atau bahkan mereka yang gak pernah belajar psikologi sama sekali.

Ilmunya kurang, tapi pedenya ketinggian ketika ngonten. Persis Dunning-Kruger Effect, dimana orang-orang yang kompetensi dan pengetahuannya terbatas justru merasa hebat. They have a blindspot. Keterbatasan mereka membuat mereka bahkan gak bisa melihat betapa terbatasnya mereka. Ya, orang goblok emang seringkali gak sadar mereka itu goblok.

Jadinya penyampaian yang mereka sampaikan tidak komprehensif. Wong ilmu mereka juga belum tentu sampe. Tapi kenapa koq banyak yang demikian dan masyarakat percaya-percaya aja? Because they talk with a sense of authority. Masyarakat umum belum tentu paham apa bedanya psikolog, psikiater, sarjana psikologi, dan lainnya. Jadinya ketika ada yang bahas konten beginian, ya dikira memang kompeten. Padahal belum tentu.

OVERSIMPLIFIKASI ISU KOMPLEKS
Sering banget masalah yang kompleks direduksi oleh konten-konten psikologi tak bertanggungjawab. Bahwa kalau kamu cirinya A maka kamu B. Kalau kamu melakukan C maka kamu pasti D. Kalau kamu orangnya E pasti kamu itu F. Padahal, manusia dan segala permasalahannya itu seringkali kompleks.

Psikologi bisa membantu, tentu. Ada buku besar diagnosa gangguan psikologi bernama DSM, jelas. Tapi belajar itu semua butuh proses dan tahapan yang tidak sederhana. Ketika masyarakat awam dijembrengin isi dari buku DSM 5 TR, yang ada otaknya meledak. Ada alasan kenapa bahkan ketika kuliah S1 Psikologi, belajar diagnosa gangguan kepribadian itu di semester-semester akhir. Setelah kita belajar bagaimana fisiologi manusia bekerja. Setelah paham bagaimana proses perkembangan manusia. Setelah paham faktor-faktor yang bisa mempengaruhi psikologi seseorang, ya di level personal, sosial, sampai struktural.

Mengharapkan masyarakat awam tiba-tiba bisa paham isi DSM itu abai ilmu pembelajaran Vygotsky. Khususnya Zone of Proximal Development dan Scaffolding. Bahwa pembelajaran itu butuh proses, ada tahapan yang tidak bisa dikebut dan dipaksakan. Pengetahuan itu perlu dibangun satu per satu mulai dari fondasi yang benar. Kita gak belajar main tenis dengan langsung lawan Roger Federer, kan? Belajar dulu servis, footwork, sampai forehand dan backhand. Ikut lomba tujuh belasan dulu. Baru deh abis itu sadar skill kita belom sampe mana-mana dan mengurungkan niat ngelawan Federer.

NGOCEH TANPA SUMBER
Salah satu cara mengenali konten sampah tidak bertanggungjawab itu ketika sumbernya gak jelas. Bikin konten edukasi seputar mental health dan gangguan kepribadian. Bahas hal-hal penting seputar manusia. Tapi ngocehnya tanpa sumber dan riset yang jelas. Banyak dicampur sama opini dan pengalaman pribadi. Boro-boro nyantumin sumber, yang ada di akhir konten jualan buku atau kelasnya sendiri. ehehe..

Iya, paham. Ini kan tulisan media sosial bukan tulisan ilmiah di jurnal. Gak ada yang minta nulis sumber sedetil dan selengkap kayak di skripsi koq. Tapi, jangan lupa esensi dari pengutipan: mengedepankan sikap ilmiah, menghindari plagiasi, dan memudahkan verifikasi. Biar jelas, tulisan kamu berbasis sains atau cuma opini pribadi. Biar jelas, ini pemikiran kamu atau orang lain. Juga memudahkan pembaca ketika mereka ingin membaca lebih dalam soal hal yang kamu tulis.

KODE ETIK PSIKOLOGI
Sebenarnya, apa yang saya jabarkan di sini sudah dijelaskan juga dalam Kode Etik Psikologi yang disusun oleh HIMPSI. Soal aspek-aspek mengedepankan kehati-hatian, fokus pada kesejahteraan masyarakat, juga perihal integritas berbasis sains. Kode Etik Psikologi ini gak cuma mengatur Psikolog lho, tapi juga ilmuwan psikologi termasuk sarjana psikologi. Tapi…. ya boro-boro diikutin kan. Pernah baca Kode Etik Psikologi aja belum tentu. Namanya juga newbie. hehehe..

TETAP BERHATI-HATI
Intinya, tetap berhati-hati saat mengkonsumsi konten berbau Psikologi. Cari pemengaruh di bidang mental health yang kredibel. Jelas latar pendidikan, pekerjaan, serta tidak abai kaidah ilmiah.

Berhenti melakukan labelling, judging, atau mendiagnosa diri sendiri. Itu gak sehat dan lebih banyak salahnya. Mulai merasa butuh pertolongan? Seek professional help. Ada psikolog, psikiater, dan biro konseling berkualitas.

Terakhir, take everything with a grain of salt. Jangan diterima begitu aja. Belum tentu benar koq. Boleh lho, skeptis dikit. Boleh lho, gak percayaan dikit. Juga mempertanyakan sesuatu. Gak semua yang ditulis di media sosial itu kebenaran absolut, kecuali postingan ini. Lho? Canda, deh. Saya juga bisa salah, koq. Saya bukan Luhut. Feel free to correct me. Saya senang koq berdiskusi dan belajar hal baru. Santai, fokus saya bukan menjadi yang paling benar, tapi mengejar apa yang benar.

Jakarta, 20 Juli 2022

Kirim Komentar!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: