Memaki Bisa Nanti?

lah emang kalo sekarang kenapa juga dah?

Saat ini sedang ramai tagar #MemakiBisaNanti. Tujuannya meredam kegeraman dan kemarahan publik atas Tragedi Kanjuruhan. Ini ratusan orang meninggal lho. Kematian yang terhindarkan. Tragedi yang gak perlu terjadi. Masak kita gak boleh geram?

Sering banget ketika suatu musibah & tragedi terjadi, kata-kata semacam ini muncul.

“Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.”

“Memaki bisa nanti…”

Buat saya kalimat-kalimat ini tidak lebih dari kalimat sok bijak yang amat naif.

Seakan-akan hidup itu soal pilihan ganda & kita cuma bisa memilih salah satu.

Emang kalau mulut saya mengutuk lantas tangan saya gak bisa nyalain lilin?

Emang kalau memaki gak bisa sekaligus membantu?

Saya pernah nolongin korban kecelakaan. Sambil saya nolongin ya saya maki-maki pengendara tolol penyebab kecelakaan. Apa lantas karena saya maki-maki pelakunya, lantas korbannya jadi mati? Gak juga, tuh. Korbannya selamat, pelakunya tobat.

Dikira manusia tuh HP Nokia 3250 kali ya yang memori internalnya cuma 10MB jadi gak bisa jalanin lebih dari 1 aplikasi. Jadi kalau mau memaki ya gak bisa sambil ngapa-ngapain lagi. Saya bisa maki-maki orang, makan nasi padang, dan motong keramik dalam satu hembusan napas, koq. No big deal.

Memaki bisa nanti….

ya kapan? Minggu depan? Bulan depan? Tahun depan? 2024?

Pas publik mulai lupa dan teralihkan perhatiannya sama hal lain?

Kayak gak tau aja di negara ini nyaris tiap hari kita disuguhi drama para politisi dan pejabat publik. Mereka kayak lagi bikin lomba internal siapa yang bisa bikin kebijakan atau pernyataan paling goblok. Yang menang dipilih lagi. Yang kalah ya kita.

Belum hilang pedih di mata para penyintas tragedi Kanjuruhan aja partai politik udah pada sibuk bermanuver ngumumin Capres 2024. Belum hilang memar di badan para penyintas Kanjuruhan saja, gerombolan Ade Armando dan Cokro TV sudah pada sibuk jalanin kampanye relasi publik buat kepolisian. Ngehe emang.

Jadi kapan dong kita boleh memaki? Pas para penjahat dan oportunisnya udah pada sibuk menjalankan agenda masing-masing dan mencapai tujuan mereka? Pas narasi publik udah dikontrol dan barang bukti sudah dihilangkan?

Lakukan apa yang menurutmu baik. Mau bikin penggalangan dana, monggo. Mau menjenguk korban langsung, silakan.

Tapi ya gak perlu merendahkan orang yang lagi sibuk memaki. Makian itu cuma mencari keadilan. Makian itu seruan menuntut tanggung jawab. Makian itu ajakan untuk membenahi institusi-institusi bangsat. Makian itu ekspresi keresahan publik yang wajar dan manusiawi. Gak perlu dibatasi apalagi dilarang. Semua berjuang dengan caranya sendiri.

Kayak warga baru aja yang gak tau viral based justice masih jadi prioritas di negara ini. Kalau nuntut kita diem-diem aja saat jelas-jelas ada kebusukan terjadi di depan mata, ya sama aja melindungi para pelaku sih.

Lagian juga dunia tidak bergerak maju di tangan orang-orang yang sibuk mencari damai bagi dirinya sendiri. Dunia digerakkan mereka-mereka yang sibuk memaki, memprotes, dan berjuang melawan ketidakadilan.

Lu kira Soekarno sama Mandela memaki penjajahnya nanti-nanti?

Nungguin penjajahnya ngebantai habis semua rakyatnya dulu?

Ya kali deh. Telat bang. Keburu naek cetak madingnya.

Jakarta, 4 Oktober 2022

Kirim Komentar!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: