The Non-Travellers Ultimate Guide to Japan (Lanjutan)

Di postingan Ultimate Guide sebelumnya saya udah bahas soal visa, tiket, penginapan, sampai bertransaksi di Jepang. Kali ini, saya mau bahas soal empat hal yang paling banyak ditanyain: transportasi, makanan, itinerary, sampai budget. Selamat membaca dan semoga membantu, ya!

Japan X Google Maps

Jepang adalah negara terbaik untuk memaksimalkan Google Maps. Kolaborasi Jepang & Google Maps adalah simbiosis mutualisme terbaik dalam sejarah peradaban teknologi. Asli. Beneran, gak bohong. If you don’t use it, you’re simply missing out too much. Salah satu situs travel The Navigatio bahkan bilang gini:

“If you’re only going to use one app during your time in Japan, it should be Google Maps”

The Navigatio

Mau lu turis keq. Pelajar. Atau warga lokal. Google Maps akan sangat memudahkan hidup selama di Jepang. Dari merencanakan perjalanan, menavigasi kita di tiap langkah, nyari tarif perjalanan dan tempat wisata, sampai nyari tempat makan, hotel, belanja, dan hiburan. Google Map is all you need. Kita mulai dari urusan transportasi dan navigasi!

TRANSPORTASI

Kecuali lu terlahir sebagai pewaris MNC atau grup Djarum, kemungkinan besar lu bakal mengandalkan transportasi umum selama di Jepang. Pertama, karena taksi mahal. Kedua, karena transportasi umumnya bisa diandalkan banget. Murah, menjangkau sampai pelosok, dan jadwalnya jelas & sering. Kayaknya gak ada satu titik pun di kota besar, yang jaraknya lebih dari 15 menit dari stasiun atau halte bis terdekat. Tata kotanya segitu bagusnya. Jadi, transportasi publik akan selalu bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Lu bisa beli JR Pass kalau rutenya memang sesuai (misalnya Tokyo – Osaka – Tokyo). Tapi gue kebetulan mendarat di Tokyo baliknya dari Osaka. Naik Shinkansen cuma sekali, jadi gak perlu-perlu banget JR Pass. Selama di sana 90% naik bis atau kereta, pake kartu SUICA atau IC Card. Bisa dibeli dan ditopup di stasiun atau minimarket.

Kalau sewaktu-waktu butuh naik taksi, bisa banget order online pake aplikasi DIDI Rider / Japan Taxi. Gue sempet beberapa kali naik taksi, biasanya karena bawaan lagi ribet. Pas mau pindah hotel atau kota khususnya, ribet kan yak naik bis nenteng-nenteng koper. Tinggal pake aplikasi, bayarnya bisa cash. Untuk jarak 2-4 KM, di kisaran 800 yen sampai 1.200 yen. Kalau tengah malem dan ke area tertentu kek bandara biasanya ada extra charge. Jadinya bakal agak mahal.

Navigasi via Google Map itu membantu banget. Misalnya lu dari hotel mau ke stasiun Shibuya. Dia bakal ngarahin lu lewat rute terbaik. Ngasih tau harga tiket bis/keretanya berapa. Ngasih tau naik keretanya dari peron mana, datengnya berapa menit lagi, jalurnya warna apa, moncong keretanya ngarah ke mana (kiri atau kanan), bahkan kalau perlu transit pun lu bakal dikasih tau baiknya naik di gerbong berapa dan nanti keluarnya di pintu exit berapa. Yes, segitunya. Asli.

Di sini? Ya boro-boro. Lo transit di Manggarai aja kayaknya Google Mapsnya udah langsung nyerah. “I didn’t sign up for this shit…”, gitu katanya. Lalu self-destruct in 5…4…3…2…1.

Intinya, untuk urusan transportasi publik di Jepang, cukup andalin Google Maps. Gak perlu bingung kesasar. Kalo lagi jalan kaki juga bisa pake fitur Live View, dia bakal pake teknologi Augmented Reality buat ngasih tanda panah secara real-time via kamera HP kita. Membantu banget.

MAKANAN DAN KULINERAN

Untuk urusan makan di Jepang, Google Maps pun bisa banget diandalkan. Tinggal buka aja, cari restoran, terus pilih kita lagi mau makan apa. Ramen? Sushi? Seafood? Sate-satean? Chinese food? Western? Dan masih banyak lagi. Nanti bakal disortir resto-resto yang sesuai, tinggal kita cari deh yang ratingnya bagus dan jaraknya sesuai. Juga ada perkiraan harganya, buat tau mana restoran awal bulan sama restoran tanggal tua.

Personally, gue gak merasa perlun banget untuk punya list restoran yang wajib dikunjungi di Jepang. Selama gue di sana, datengin ke resto rekomen temen-temen, atau yang istri tau dari media sosial, bahkan yang random aja kita datengin, gak ada yang mengecewakan. Japanese people took great pride and effort in everything they do, termasuk urusan masak.

Mereka kalo buka resto ya seriusan diperhatiin dari bahan makanan, kehigienisan masak, sampe kualitas rasanya. Mereka buka resto bukan kayak pejabat pajak lagi cuci uang lalu bikin resto yang kualitas makanannya seadanya. Jadi tenang aja, mao ke resto unagi mahal atau izakaya murah di gang kecil, enak-enak aja koq. Tinggal masalah selera aja cocok apa enggak ke lidah kita.

Mau cari resto favorit dari Tiktok atau Youtube, boleh banget. But I should warn you, the most popular restaurant in Japan has the craziest wait times. Waktu tunggunya gak kalah sama wahana Disneyland. Bisa 1-3 jam! Seriusan. Karena di sana rata-rata restoran tuh kecil ukurannya, paling tempat duduknya cuma muat 10-15 orang aja.

Ya bayangin kalo yang ngantri 50 orang (ini termasuk dikit lho, gak jarang lebih dari ini). Artinya kita mesti nunggu ritual orang masuk resto, milih makanan, mesen makanan, makanannya dimasak, makanan dateng, makanan difoto2 buat IG, makanan disantap, minta bill, bayar, meja dibersihin. Dan kita mesti sabar menunggu ritual ini berlangsung selama 3-4 kali. Kebayang lamanya kan?

Kalo emang punya waktu dan sepenasaran itu sama makanannya, ya silakan. Gue sih seringkali gak sesabar itu. Kebetulan lidah gue juga cuma taunya makanan enak dan enak banget. Jadi gak masalah nyari resto yang rada sepian, tetep bakal enjoy dan kenyang juga ujungnya.

Sekali makan di restoran Jepang rata-rata bakal habis lebih dari 1.000-an yen per orang. Kalo lagi mau makan murah, bisa ke Yoshinoya, beli makanan di minimarket macam Sevel, Lawson, dan Family Mart (cobain famichiki!), atau ke Saizeriya juga bisa jadi andalan. Cukup 500-an yen bisa kenyang. Untuk makan malam, bisa ke supermarket atau department store, suka ada makanan yang didiskon sampai 50%.

ITINERARY

Nah, di Reels kemarin saya sempet share soal bikin itinerary pakai Artificial Intelligence. Bisa pake ChatGPT atau pake Notion. Jadi sebenernya agak galau untuk share itinerary, karena saya percaya tiap perjalanan itu personal. Tergantung kamu sukanya apa dan mau liat apa. Kalau itinerary saya kemarin, kurang lebih begini:

Tokyo (5 malam): Haneda Airport – Kawasaki Area – Ueno – Sightseeing Shibuya – Starbucks Roastery Reserve – Disneysea – Asakusa – Tokyo Station – Ginza – Shinkansen to Kyoto.

Kyoto (3 malam): Sanjo Horikawa – Kamo River – Shiji-dori – Pontocho Alley – Kawaramachi – Nishiki Market – Gion & Ninenzaka – Kiyomizudera – Fushimi Inari – Teramachi – Kyoto Station.

Osaka (3 malam): Dotonbori – Osaka Castle – Osaka Akuarium Kaiyukan – Tempozan Giant Ferris Wheel – Kyutaromachi – Tenjinbashi Suji Shopping Street – Namba – Dotonbori – Kansai Airport.

Ini itinerary super santai karena saya lebih suka slow travelling. Buat yang seneng liat banyak hal, tentu bisa banget ditambah-tambahin. Intinya sih balik ke part pertama, sebelum berangkat riset-riset dulu lewat Youtube, Tiktok, & Instagram. Cek tempat mana aja yang menarik buat kamu. Lalu disesuaikan deh sama jadwal dan budget kamu.

Jepang tuh tagline-nya pariwisatanya ENDLESS DISCOVERY. Dan ini bener-bener akurat. Ada teman saya yang berkali-kali ke Jepang sukanya explore Tokyo doang. Dan selalu nemu aja spot baru yang seru di Tokyo. Ada yang prefer ke Kyoto yang lebih tradisional. Ada yang suka Sapporo dan saljunya. Ada yang suka ke kota-kota kecil yang less traveled. Semua enjoy-enjoy aja. Karena Jepang emang beneran menawarkan begitu banyak keseruan dan pengalaman menarik bagi setiap orang. Totally endless discovery.

BUDGET

Last but not least, let’s talk about budget. Ini cuma buat gambaran aja untuk jalan-jalan selama 10 malam di Jepang, ya. Di luar belanja & oleh-oleh ya, karena itu mah gak wajib juga kan sebenernya.

Jadi, total dana yang mesti disiapin untuk jalan-jalan berdua selama 10 hari di Jepang sekitar Rp 39.000.000. Demikian kurang lebih budget-nya. Ini di luar belanja, oleh-oleh, dan hedon-hedon lainnya yak. Ini termasuk budget ekonomi tapi tetep nyaman, ya. Mau lebih premium ya bisa. Mau lebih hemat juga pasti bisa. Buat gambaran aja ya, biar kebayang.

Sekian The Non-travellers Ultimate Guide to Japan dari saya. Maap kalau kepanjangan. Lebih maap lagi kalau kurang panjang. Maklum bukan travel blogger, hence the title.

Jika ada yang mau ditanyakan monggo banget komentar, pasti tak bales pas sempet. Thank you for reading and happy travelling, guys!

Kirim Komentar!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: